Space Iklan 460 x 60

Pernikahan

29 Desember 2012, my Wedding Vininta.

Labirin Taman Bunga Nusantara

Taman Bunga Nusantara merupakan tempat yang indah untuk dikunjungi bersama keluarga.

27 April 2007

Cintaku Amat Suci

Cintaku Amat Suci
Hari yang indah. Mentari pagi menyinari alam ini, menghangatkan semua yang ada di permukaan bumi. Sinar itu juga menghangatkan tubuh dan hati seorang lelaki yang duduk termangu diatas bangku sekolahnya. Kilauan embun di rumput tak henti-henti menghiburnya, mengingatkannya atas Kuasa Allah, Sang Pencipta alam ini, memberinya semangat yang membara. Ia bertekad bahwa hari ini akan jauh lebih baik dari hari kemarin.
"Doorr.....!!!" seseorang mengagetkan Nazrul, membuyarkan lamunannya.
Nazrul menoleh, dan ia melihat seorang wanita.
"Eh Lili, bikin kaget aja!!"
"Abis..., lo ngelamun aja!"
"Mang ada apa Lil?" tanya Nazrul.
"Lo dah ngerjain PR Fisika belom?"
"Udah dong! Emangnya elo!"
"Ah, sebenernya gue tuh mau ngerjain, tapi gimana lagi?! Gue nggak bisa. Boleh kan gue nyontek PR lo? Gue sengaja dateng pagi buat nyontek!"
"Ya udah, nih." Nazrul memberikan buku Fisikanya pada Lili.
"Makacih ya! Gue mau ke kelas dulu. Tar istirahat gue balikin bukunya. Fisika jam kelima kan di kelas lo?"
"Iya."
"Daahh...!"
Lili segera meninggalkan Nazrul. Dalam hati kecilnya, Nazrul berkata-kata.
"Lil, kenapa obrolan kita begitu cepat? Kenapa? Kenapa tak kutahan kau lebih lama? Bersamamu aku senang, di dekatmu aku tenang."

Lili, indah pesonamu menyejukkan hati, merobek asaku hingga terhenti.

"Teet… Teet…" Bel tanda istirahat berbunyi. Nazrul memasukkan peralatan sekolahnya ke tas. Ia meraba kantong celananya dan menemukan uang. Terbesit niat dalam hatinya ingin jajan ke kantin. Perutnya tak bisa kompromi, ia berjalan begitu cepat ke arah pintu kelasnya.
Di depan pintu…
"Aau….!"
"Dug.."
Nazrul menabrak seseorang hingga terjatuh.
"Aduh… hati-hati dong Rul!"
"Eh, maaf Lil! Gue nggak sengaja." kata Nazrul sambil mengulurkan tangan ke Lili.
"Ya udah nggak apa-apa." Lili menerima sambutan tangan dari Nazrul. "Nih! Gue mo ngembaliin buku Fisika lo."
"Sini, gue periksa dulu, lecek nggak nih!"
"Ah elo! Kaya ga tau gue aja. Gue tu apik." Kata Lili bersuara sedang.
"Lil, ke kantin yu! Gue laper."
" Yuk! Gue juga laper."
Mereka berdua pergi ke kantin. Di sana terlihat banyak siswa-siswi yang jajan dan ngobrol.
"Rul, kita beli somay aja yuk!" Lili menarik tangan Nazrul ke tukang somay.
"Iya, kita beli somay. Tapi jangan narik-narik gini dong!" kata Nazrul tak sesuai dengan hatinya. Senang sekali rasanya ia ditarik oleh Lili.
"Bang, dua piring tiga ribu! Campur!" kata Lili pada tukang somay.
"Tunggu bentar ya Neng!" jawab tukang somay.
Tukang somay segera menyiapkan pesanan mereka. Sambil menunggu…
"Lil, ada yang mau gue omongin." Kata Nazrul pelan.
"Ngomong ya ngomong aja, ngga usah pake kata-kata pembuka segala!" kata Lili santai.
"Ini serius Lil!"
"Ya udah, ngomong aja!"
"Gini Lil, dari semenjak kita…"
"Eh, salah tuh!" kata Lili memotong pembicaraan.
"Salah apanya?"
"Dalam bahasa Indonesia, nggak ada kata dari semenjak."
"Oh…, iya deh. Begini, semenjak kita berteman waktu SMP, kan cocok-cocok aja, jarang banget selek." Nazrul berhenti berkata, meminta balasan dari Lili.
"Iya, kita dah berteman dari SMP, mang kenapa?"
"Emm…" Nazrul tak meneruskan kata-katanya.
"Kenapa sih?"
Nazrul terdiam, namun segera ia angkat bicara.
"Sebenernya gue… gue itu…"
"Neng! Jang! Ni somaynya." Tukang somay memotong pembicaraan.
"Makasih bang!" jawab Lili.
Setelah itu mereka makan. Nazrul mengurunkan niat tuk mengungkapkan perasaannya pada Lili.
***

Sorenya…
"Lil, gimana hubungan lo ama si Irwan?" tanya Lusi.
"Oh iya, gue mau ngasih tau lo, kemaren sore gue ama Irwan ketemu. Dia nembak gue." Lili menjelaskan.
"Terus Lil, lo terima ga?"
"Ya, gue terima aja. Abisnya dia baek, ganteng en yang pasti gue juga suka ama dia." kata Lili sambil senyum-senyum.
"Bagus deh Lil. Tapi lo mau ngapain aja ama pacar pertama lo itu?" tanya Lusi.
"Gue sih nggak mau macem-macem, paling cuma jalan, shoping ama ngobrol-ngobrol, itu aja."
"Yah…, itu mah ama temen laki yang laen juga bisa. Maksud gue lo bakal ngelakuin yang enak-enak ga kaya pelukan dan laen-laen?" Lusi berkata bernada ngejek.
" Ih, amit-amit deh kaya gitu!" Lili membantah.
***

"Teet… teet… teet…" bel tanda pulang sekolah berbunyi.
Nazrul tidak segera pulang. Ia membaca-baca kembali pelajaran Fisikanya.
"Nazrul! Gue belum ngerti integral nih!" kata Lili.
"Apanya yang belom ngerti?"
"Kenapa bisa begini?"
"Gini, ini n plus satu, yang ini juga pangkatnya n plus satu. Yang ini sebagai a."
"Oh…"
Nazrul menjelaskan pelajaran Fisika pada Lili. Lili yang manggut-manggut tak pernah lepas dari pandangan Nazrul. Nazrul terus melihat wajah Lili yang cantik. Suara Lili pun begitu indahnya yang membuat Nazrul semakin bersemangat.
"Oh, gitu toh! Makasih ya Rul!" kata Lili sambil beranjak dari duduknya.
"Tunggu Lil, ada yang mau gue omongin."
"Ih…, dari kemaren. Mau ngomong susah amat. Mang mau ngomong apa?" tanya Lili.
"Gue… gue… " Nazrul terbata-bata.
"Tuh kan! Yang serius dong!"
"Gue…"
"Dug tak.. dug taktak dug…"
Pembicaraan terpotong oleh suara ponsel Lili. Lili segera melihat dan mengoprek ponselnya.
"Sialan!" kata Lili sambil tersenyum.
"Kenapa Lil?" Nazrul penasaran.
"Liat deh ini!" kata Lili sambil memberikan ponselnya.
Nazrul melihat ponsel Lili dan membaca smsnya.

Lili, wajahmu…bopeng.
Suaramu…cempreng.
Tubuhmu…kerempeng.
Namun cintaku…ngabereleng.

"Dari siapa Lil?" Nazrul bertanya dengan cemas.
"Dari Irwan, baru dua hari jadian, ga ada romantis-romantisnya tu anak!" jawab Lili.
"Ja… jadian?" Nazrul berusaha menahan gejolak di hatinya..
"Oh iya, gue lupa ngasih tau lo, dua hari yang lalu gue jadian ama si Irwan."
Jawaban yang tak diharapkan. Nazrul tak kuasa menahan hatinya. Tanpa berkata-kata lagi, Nazrul langsung berpaling dan berlari menuju Mushola sekolahnya. Ia segera berwudhu dan tanpa disadari air mata berderai dibalik air wudhunya. Hatinya bimbang, bergelombang-gelombang seolah tak dapat menerima kenyataan ini. Lili, seorang wanita yang sangat dicintainya, memilih pria lain. Tak dapat dipungkiri, sekuat apapun hati Nazrul, ia tak kuasa menahan perihnya.

Bagai serpih pasir dipantai tersapu gelombang pasang. Begitulah hatiku, perih…, perih sekali…, terhantam karang, terbawa ombak. Patah…, kau patahkan cerita kita berdua. Remuk…, kau remukkan harapan yang tumbuh di hati.

Nazrul sedang sholat. Dalam sholatnya itu, tak bisa lagi ia menahan air matanya. Tak pernah sebelumnya ia menangis dalam sholatnya. Begitu dalam luka hatinya, perih rasanya. Ia beranggapan lebih baik hatinya tersayat pisau daripada seperti ini.
"Asalamualaiku waroh matullah…" imam sholat bersalam.
Jemaah sholat segera bersalam pula, tapi ada beberapa yang berdiri kembali untuk menyempurnakan rakaat sholatnya.
Masing-masing orang berdzikir dan berdoa pada Allah. Begitu juga Nazrul, dalam linangan air mata, ia berdoa pada Allah, mengadukan masalahnya, memohon kekuatan pada-Nya.
Bayu yang melihat hal itu segera mendekati Nazrul, ia diam sejenak menunggu respon dari Nazrul. Melihat Bayu disampingnya, Nazrul segera memeluknya. Tangisnya tak bisa terbendung.
"Yu…, huk…huk…huk, dia…" kata Nazrul sambil cegukan karena tangisnya.
"Udah…, tenangin dulu hati lo!" Bayu menenangkan.
Mereka berdua berpindah ke dinding belakang Mushola. Orang-orang memandang Nazrul yang berlinang air mata. Pandangan mereka iba, sangat iba meski tak tahu apa yang membuat Nazrul menangis.
Semakin lama, mushola semakin sepi. Nazrul yang mulai tenang angkat bicara.
"Yu…, gue sedih banget."
"Ya udah…, sekarang lo ceritain semuanya ama gue!"
"Lo tau kan si Lili? Gue cinta banget ama dia Yu! Gue cinta banget!"
"Terus… kenapa lo nangis?"
"Dia…, dia jadian ama cowok laen!" kata Nazrul yang mulai menangis lagi.
Bayu berpikir sejenak sambil menenangkan Nazrul.
"Rul, jadi lo nangis karena itu? Lo juga sholat sambil nangis karena itu? Lo berdoa juga sambil nangis karena itu?" tanya Bayu.
"Iya Yu! Gue berdoa pada Allah supaya gue dikuatin, terus gue minta supaya si Lili juga cinta ama gue." Jawab Nazrul parau.
"Bagus lah!"
"Apanya yang bagus! Lo ngeledek gue Yu?"
"Tenang Rul! Gini Rul, pada tahun ke-10 kenabian, Rasulullah mengalami kesedihan yang amat besar. Paman beliau yaitu Abu Thalib, meninggal dalam keadaan yang merugi. Istri Rasulullah, Siti Khadidjah juga meninggal di tahun itu. Embargo dari kaum musyrikin juga sangat parah. Itu semua sangat membuat Nabi sedih. Namun, di tahun itu, Rasulullah SAW dihibur dengan peristiwa yang amat besar, Isra dan Mi'raj. Dalam peristiwa itu, Rasulullah diberi perintah langsung untuk melaksanakan Sholat. Ini bisa kita ambil hikmahnya. Dalam keadaan senang maupun susah, kita harus sholat. Insya Allah Rul, masalah lo bakal ada jawabannya dari Allah. Gue cuma bisa nyaranin supaya lo sholat malem terus berdoa padaNya."
"Iya Yu, gue bakal lakuin itu. Makasih ya Yu, lo dah nemenin gue."
"Sama-sama, moga lo cepet baek."
Nazrul dan Bayu meninggalkan mushola dan pulang ke rumah masing-masing.
Setelah hari itu, Nazrul tampak jadi pendiam. Ia jarang sekali bicara.
Nazrul sedang berusaha membunuh cintanya pada Lili. Namun, semakin ia berusaha melupakan Lili, rasa cinta itu semakin besar dan bergejolak di hatinya.

"Rul, kita pulang yuk!" kata Lili dari jendela kelas Nazrul.
"Nggak ah Lil, gue mau sholat dulu. Lo jalan aja ama si Irwan." Jawab Nazrul.
"Gile lo! Si Irwan kan jauh sekolahnya, masa gue harus ke sekolahannya dulu! Ya udah, lo sholat dulu, gue tunggu di depan ya! Gue lagi ga sholat nih."
"Bener ya lo mau nunggu?!"
"Iya." Jawab Lili.
Mereka berjalan menuju mushola. Lili agak heran dengan kelakuan Nazrul, biasanya kalau Ia berjalan dengan Nazrul, pasti ada canda tawa. Kini Nazrul hanya diam. Beberapa kali Nazrul tak menjawab pertanyaan Lili. Keadaan itu cukup mengganggunya.
Ketika mereka sampai di mushola, Lili melihat Nazrul yang membuka sepatunya dan siap berwudhu. Ketika Nazrul hendak berwudhu, ia menoleh ke arah Lili. Saat itulah dua pasang mata saling berpandangan. Lili melihat ada sesuatu dibalik mata Nazrul. Lili mulai sadar apa yang menimpa sobatnya itu.
Setelah sekitar 10 detik berpandangan, mereka tersenyum. Nazrul segera berjalan ke tempat wudhu. Lili berpaling ke arah kantin. Ia berjalan kesana dan duduk merenung memikirkan Nazrul.
Hati yang bimbang membuatmu tak karuhan. Ku terdiam melihatnya. Dirimu membuatku terhanyut dalam kasih yang mendalam. Kau pun tersenyum padaku, tetapi hati pilumu membuat diriku sedih.
Lili menulis sebuah surat untuk Nazrul. Tanpa disadari, air mata Lili pun sedikit mengalir. Goresan tinta biru pada suratnya cukup indah. Lili menyadari kesalahan-kesalahannya. Ia terhanyut dalam kata-katanya sendiri. Amplop cokelat muda menutup suratnya itu.
"Lil, gue dah selesai, yu kita pulang!" Nazrul mengajak.
"Yu!"
Nazrul dan Lili berjalan keluar sekolah. Di depan sekolah itu terdapat jalan raya. Mereka hendak menyebranginya.
Tiba-tiba…
"Nazrul…!! Awas…!!" Lili berteriak sambil mendorong Nazrul hingga terjatuh.
"Drakk…!" suara sepeda motor yang menabrak Lili. Lili terlempar hingga 4 meter.
"Aauuu….!" Para siswi berteriak ketakutan.
"Lili…..!!!!" teriak Nazrul yang spontan mendekati Lili. Nazrul segera mengangkat Lili. Ia menyetop angkot untuk membawa Lili ke rumah sakit. Beberapa siswa ikut naik termasuk Bayu.
"Lil! Dengerin gue!" kata Nazrul sambil memeluk Lili.
"Rul…, maafin gue…!" kata Lili pelan.
"Lil, bertahan Lil!! Gue mau ngomong ama lo!" Nazrul semakin panik.
"Gue dah tau Rul, gue tau apa yang mau lo omongin. Di surat ini, ada jawabannya… A.." Lili memberikan amplop cokelat muda itu. Dia langsung tak sadarkan diri.
Nazrul memeriksa nadinya, lemah, lemah sekali.
Setibanya di rumah sakit, Lili segera dibawa ke UGD. Nazrul dilarang masuk. Ia menunggu diluar.
Dengan penuh kesedihan, ia berdoa supaya Lili selamat.
"Ya Allah! Jika aku bisa, biarkanlah aku yang celaka. Kenapa mesti dia Ya Allah!"
Dibukanya amplop cokelat muda pemberian Lili. Nazrul segera membacanya.
Dear Nazrul
Rul, selama ini gue nggak tahu perasaan lo ke gue. Namun tatapan mata lo udah ngasih tau gue kalo lo tu cinta ama gue. Gue yakin lo pasti ngeharap gue juga cinta ama lo.
Rul…, maafin…, maafin gue! Gue nggak bisa ngebales cinta lo yang begitu besar ke gue. Gue juga sadar betapa sakit hati lo waktu tau gue jadian ama Irwan. Seandainya waktu bisa diputar…, gue ga bakalan nyakitin lo Rul!
Gue nggak bisa nemenin lo waktu lo susah, gue ga bisa dengerin curhatan lo, maafin gue…, maafin gue Rul! Gue nyesel nggak bisa ngebahagiain lo.
Tapi Rul, lo mesti inget, ada yang mencintai lo lebih dari gue. Cinta yang amat besar buat lo! Itulah Cinta Allah. Ingatlah waktu lo lagi susah! Lo aduin semua pada-Nya, lo curhat ama Dia! Lo memohon ama Dia! Sekarang, apa lo masih berpaling ama gue! Sementara Allah, tempat curhat lo malah lo lupain! Betapa sakitnya lo waktu gue nggak ngebales cinta lo. Sekarang gimana Allah nggak marah ke lo sementara Dia mencintai lo, tapi lo malah berpaling ke gue! Lo Cuma deket ama Allah kalo lo butuh doang! Padahal Dia sangat mencintai makhluk-Nya.
Cintailah Allah! Balas cinta-Nya pada lo! Cintai Rasulullah saw! yang mencintai lo sebagai umatnya. Cintai kaum muslimin! Teman seiman kita, teman kita di surga kelak, insya Allah.
Gue juga mau ngasih tau, gue dah putus ama Irwan. Sekarang gue dah inget sama Allah. Gue mau jadi teman seperjuangan kaum muslimin. Sekarang gue jadi muslimah yang baik. Doain supaya gue diampuni Allah! Doain ya Rul!
Kalo memang kita jodoh, ga bakal deh lepas gitu aja. Allah yang ngatur! Maafin gue ya! Jangan lupa doain gue!
Lili
Nazrul menutup surat itu dan segeralah ia beristighfar meminta ampun kepada Allah. Ia menyesali keadaannya. Mengapakah ia lupa akan cinta Allah? Padahal Allah begitu menyayangi dan mengasihinya. Mengapa ia tak menjadikan Allah sebagai cintanya? Mengapa?
Di tengah penyesalan itu Nazrul meneteskan air mata. Untuk kedua kalinya Bayu mendekati Nazrul yang sedang menangis.
"Yu…" suara Nazrul lirih.
"Ya?" jawab Bayu pelan.
"Gue banyak dosa Yu! Gue nyesel!"
"Dah, sabar. Gue pernah bilang lo bakal dapetin jawaban dari Allah. Ini adalah sebagian kecil dari kuasa-Nya. Lo nggak bakalan nyesel mencintai Allah, cinta lo nggak bakalan bertepuk sebelah tangan. Boleh kita mencintai sesuatu selain Allah, tapi jangan berlebihan! Sebab bisa jadi yang lo cintain itu hilang gitu aja." Bayu menenangkan Nazrul.
Beberapa saat kemudian, seorang perawat melewati Nazrul dan Bayu.
"Suster! Gimana keadaan Lili?" tanya Nazrul.
"Dia hanya shock dan luka sedikit, jangan kuatir! Seminggu juga sembuh." Jawab suster.
"Alhamdulillah." Ucap Bayu.
Saat itu juga Nazrul mencari tempat bersih lalu ia melakukan sujud syukur.
***
20 bulan kemudian…
"Hore…! Kita lulus…!" sorak semua siswa setelah pengumuman hasil ujian akhir.
"Lil, gue mau langsung kerja di perusahaan besi ini, gue dah dijamin. Gue mau kerja sambil kuliah." Kata Nazrul.
"Waw, selamet deh!" Lili antusias.
"Lil, sebenernya gue mau di semester pertama kuliah gue, lo ada di sisi gue."
"Maksud lo?!" kata Lili dengan senyuman.
"Mau ga lo jadi istri gue?" tanya Nazrul.
"Emm… Gini aja, tar malem lo ajak bapak ibu lo ke rumah gue. Lo pinang gue!" seru Lili.
"Bener Lil? Gue seneng banget!" Nazrul gembira.
Satu bulan kemudian, Nazrul dan Lili menikah. Mereka jadi keluarga muda yang sakinah.
***


Untuk cintaku (siapa yah???)

20 April 2007

Satu Cerita Masa Lalu

Waktu ku tulis artikel ini, aku berada di ruang tamu. Di sini terdapat sofa, meja, sepeda, sepeda motor dan akuarium serta telpon. Sepeda yang kumaksud umurnya sudah cukup tua. Dahulu, waktu ku masih kecil sepeda itu milik pamanku yang umurnya 7 tahun lebih tua dariku. Pamanku itu lahir tanggal 25 Januari 1983, sedangkan aku lahir tanggal 25 Januari 1990. Tepat 7 tahun perbedaan usianya. Pamanku bernama Ucu Sukarna.

Entah kenapa ku memanggilnya dengan sebutan "A Encu", padahal dia itu kan paman, bukan Aa. Ku juga memanggil adik ibuku dengan sebutan "Teteh", bukan Bibi yaitu Teh Dede dan Teh Ii. Begitulah, dari kecil ku sudah terbiasa memanggil mereka seperti saudara.

Tapi lain dengan saudara Bapakku. Aku memanggil mereka "Mamang", "Bibi", "Ua", beda dengan saudara ibuku.

Waktu ku masih kecil, ku sering bermain ke Cibata. Di sana itu tempat tinggal kakek dan nenek dari ibuku. Rmmah mereka adea di Gunung Suling. Rumahnya terpencil, tidak ada rumah lain di situ.

Waktu itu aku sering bermain dengan sepupuku, Aditya. Dia anak dari bibiku yang sering kupanggil "Teh Dede", dia adik ibuku. Aku dan sepupuku sangat menyayangi A Encu, dia orangnya baik dan asik. Motivasi kami nginep di rumah kakek-nenek itu dia.

Kami sering bergulat, main petak umpet, bahkan sampai berburu pake senapan angin.

Di kamar depan rumah, ada tempat tidur tingkat. Ku dan sepupuku serta adikku sering menjadikan tempat tidur itu sebagai mainan pesawat ruang angkasa. Kami pura-pura mengendalikannya. Bahakan kami menghayal kapal itu jatuh ketika ditembak musuh. Sering pula tempat tidur itu dianggap perahu. Kadang ku jadi buaya yang memakan adikku atau sepupuku.

Seiiring berjalannya waktu, kami lebih bahagia dengan sepupu baru yang sudah mulai besar. Fitri dan Dinda, mereka adalah kakak beradik yang usianya kurang lebih 2 tahun. Mereka anak dari bibiku yang sering kupanggil "Teh Ii". Mereka tinggal di Tangerang, kalau hari libur mereka suka nginep.

Kalalu musim kemarau kami suka mandi di pancuran yang letaknya agak jauh dari rumah nenek, kurang lebih 400 meter ke dataran yang lebih rendah. Di sana ada 2 empang dan ada pohon jambu. Kami sering naik ke pohon itu dan mencari buah yang matang atau setengah matang.

Saat itu merupakan saat terindah.

Menginjak kelas 5 SD, ku mulai sibuk dengan les dan eskul. Tapi tetap ku sering janjian dengan sepupu untuk nginep di rumah kakek-nenek.

Kakek dan nenek sangat senang kalalu kami nginep di rumah mereka walaupun suka merepotkan. Di bagian belakang rumah dijadikan tempat mengajar ngaji oleh nenek, pamanku juga suka bantu ngajarin.

Di situ terdapat meja yang lebih mirip kursi panjang untuk anak-anak yang mengaji. Aku dan sepupuku sering menyusunnya menjadi semacam jalan berliku mencari jalan. Tentu saja kami melakukannya sebelum anak-anak pengajian datang di sore hari.

Waktu kelas 6 SD, kakekku sering sakit. Beliau sering dirawat di Rumah sakit hingga akhirnya waktu ku kelas 1 SMP, ku dipanggil pulang saat belajar.

"Kakekmu meninggal", kata Pak Sugondo.

Segera ku beranjak ke rumah. Ternyata jenasah kakek masih ada di Jakarta. Sampai sini ku nggak bisa nyeritain lagi sampai proses pemakamannya:(

Yang ingin ku ceritakan kakekku sangat baik, beliau suka memberikan mainan kalau pulang dari Jakarta (ngambil uang pensiun). Beliau itu mantan ABRI, temen Jendral Nasution. Makanya anaknya diberi nama Sukarna, yang artinya Sukarno tapi orang Sunda coz akhiran -a itu biasanya orang sunda. Kami sekeluarga ngerasa kehilangan banget atas kepergiannya. Tapi itulah ketentuan Allah, kita juga akan menyusulnya, hanya tinggal menunggu waktu yang sudah ditetapkan.

Setelah itu hubungan kami mulai renggang, bukan karena kakek meninggal tapi karena kami tumbuh besar. A Encu kuliah dan jarang pulang, sekarang dia sudah kerja. Aku sendiri sibuk dengan eskul yang ada di sekolah. Sepupuku sempat mesantren dan sekarang sudah pindah ke Sekolah Aliah. Kami sudah lama tidak ngobrol-ngobrol lagi. Dengan Fitri dan Dinda pun jarang ada canda lagi. Ya, begitulah kalau sudah dewasa, keadaan akan lain. Kini kita sudah dihalangi jarak dan waktu. Mungkin memang seharusnya begini. Apakah mungkin kami bisa berkumpul lagi? Entahlah. Namun ku tetap mengharapkan kebahagiaan masa lalu dapat kembali hadir menemani hidupku. Ku yakin ada suatu tempat dimana kami dapat berkumpul dengan bahagia selamanya, tempat itu adalah Syurga. Semoga kita terpelihara dari api neraka sehingga bisa menikmati Syurga. Amin.

Begitulah, berawal dari kata sepeda bisa berkembang menjadi cerita masa lalu. Itulah keadaan kalau sedang menulis, dapat dengan mudahnya mengalir kata-kata asal kita mau memulai. Jadi, buat temen-temen yang membaca teks ini cobalah menulis, nulis apa aja. Ntar juga ide mah datang sendiri.

15 April 2007

Doa Bersama

Ramai suara gemuruh menggema. Untaian ayat-ayat Quran telah terucap. Ayat-ayat tersebut dilantunkan dan langsung berangkat dengan kecepatan tinggi. Mereka saling berlomba lewat langit menuju arsyi, hendak memohon kepada Allah agar doa-doa pembacanya dikabulkan. Tak muluk-muluk, doa itu hanya ingin semuanya menjadi sholeh dan bahagia di dunia dan di akhirat. Mereka juga ingin lulus dengan nilai baik. Pokoknya doa-doa yang dipanjatkan didukung oleh ayat-ayat yang telah dibacakan.
Ya, sabtu 14 April 2007, tepatnya malam minggu, sekitar 100 siswa SMAN I Leuwiliang berkumpul untuk berdoa bersama dengan membaca ayat-ayat Al Quran.